Rakernas Copa Futsal Indonesia di Gedung Menpora
MESKI PSSI memiliki Badan Futsal Nasional (BFN) tak berarti
penggarapan futsal sudah dilakukan secara sungguh-sungguh sama seperti
PSSI menggarap sepakbola.
Karena itu, peran orang perorangan atau kelompok, dibutuhkan untuk
lebih banyak menggali potensi pemain dan potensi bisnis futsal di
Indonesia.
Itulah antara lain mengapa Budiana Group, perusahaan yang banyak
bergerak di bidang media digital dan konten olahraga, membentuk PT Copa
Futsal Indonesia untuk menggelar Liga Copa Futsal Indonesia mulai
September 2014.
Melalui Liga CFI diharapkan klub-klub yang selama ini membina futsal
di seluruh Indonesia memiliki kompetisi yang teratur, berkesinambungan,
terarah, dan profesional. Hal itu diharapkan menjadi semacam tuas
munculnya animo lebih besar lagi untuk setiap orang peduli pada
pembinaan futsal. Dengan gerakan yang kemudian menjadi massal dan masif,
pada saatnya futsal tak hanya melahirkan bibit-bibit pemain andal di
tingkat nasional, tapi juga memunculkan ladang bisnis baru seperti
halnya sepakbola.
Langkah lanjutan dan lebih nyata sudah dilakukan PT CFI dengan
menggelar Rapat Kerja di Jakarta, 27-28 April. Beberapa hal fundamental
dibahas dalam Raker, terutama Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
PT CFI sebagai patokan langkah ke depan.
PT CFI memang tak ingin gegabah dalam melangkah. Itu sebabnya pada
Raker tersebut, Taufik Jursal Effendi selalu CEO PT CFI menyebut, untuk
tahap pertama, Liga CFI tetap digelar di 7 region dengan masing-masing
region terdiri atas 10 tim. Ke-7 region itu terdiri atas Jakarta,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kaltim/Kaltara, dan
Sulawesi Selatan. Melalui tujuh region itu PTCFI ingin menegakkan
fondasi yang kokoh sebagai pijakan langkah ke depan.
Edwin Satria, Chairman Budiana Group, berharap, dukungan seluruh
elemen masyarakat agar apa yang mereka rintis bisa berkembang menjadi
besar. “Klub, pemain, keluarga, fans, dan komunitas di sekitarnya harus
bersatu untuk sama-sama memajukan futsal di Indonesia,” kata Edwin.
“Dengan begitu, klub bisa mandiri dan kompetisi pun bisa langgeng.”
Dengan sinergi seluruh elemen tersebut, Agung Kristianto, Chief
Marketing Officer (CMO) PT CFI, meyakini pada akhirnya futsal akan lebih
punya nilai jual, termasuk dalam tayangan-tayangan tv nasional. Saat
ini, tayangan langsung sepakbola tetap jadi primadona dan futsal belum
banyak dilirik media elektronik karena nilai jualnya masih rendah.
“Mereka mungkin masih lebih suka mengisi slot waktu dengan tayangan
sinetron ketimbang futsal, bahkan Kejuaraan Dunia Futsal sekalipun,”
kata Agung.
Melalui Liga CFI, Agung yakin kelak tayangan futsal pun tak kalah
sexy dibandingkan sepakbola. Keyakinan itu tentu juga muncul karena PT
CFI berada di bawah Budiana Group, perusahaan yang melalui PT InterSport
Marketing merupakan pemegang hak media (Media Rights Holder) FIFA World
Cup 2014. Budiana Group juga partner BV Sports, pemegang hak komersial
Indonesia Super League (ISL), Divisi Utama, dan ISL U-21.
Jadi, dengan suprastruktur yang sudah mereka bangun dan miliki, tak
ada alasan futsal Indonesia akan kalah sexy bahkan dibandingkan
sepakbola.
Tapi, memang, dibutuhkan kerja keras, tekun, cermat, gesit, cekatan,
agar apa yang mereka cita-citakan benar-benar bisa terwujud, seperti
ditandaskan Taufik Jursal.
“Kami akan membangun peradaban baru, tak cuma di sepakbola, tapi juga
futsal,” tandas Ketua Umum Asosiasi Sekolah Sepakbola Indonesia (ASSBI)
ini.
sumber : http://copafutsalindonesia.com/index.php/component/k2/item/339-copa-futsal-indonesi-membuat-futsal-menjadi-tayangan-sexy